Tradisi Melasti Bertemu Arus Mudik
Perayaan Melasti, ritual penyucian diri umat Hindu sebelum Hari Raya Nyepi, menjadi pemandangan unik di Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Prosesi ini harus berbagi jalan dengan lonjakan arus pemudik yang hendak menyeberang ke Pulau Jawa. Situasi ini menciptakan suasana ramai di jalur utama Gilimanuk, di mana iring-iringan umat Hindu dengan pakaian adat khas berbaur dengan antrean panjang kendaraan pemudik.

Prosesi Melasti dan Maknanya
Di Gilimanuk, ribuan umat Hindu berjalan kaki membawa sesajen dan pratima (simbol dewa) menuju pantai, diiringi gamelan dan doa bersama. Tradisi ini menjadi momen penting menjelang Nyepi, hari di mana seluruh Bali akan berhenti beraktivitas untuk melakukan introspeksi diri.
Kemacetan dan Pengaturan Lalu Lintas
Bersamaan dengan prosesi Melasti, arus mudik Lebaran juga memuncak, menyebabkan antrean panjang kendaraan di sekitar Pelabuhan Gilimanuk. Pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan setempat bekerja ekstra keras untuk mengatur lalu lintas agar kedua aktivitas ini dapat berjalan lancar. Pengalihan jalur dan penyesuaian waktu perjalanan dilakukan untuk meminimalisir kemacetan.
Harmoni dalam Keberagaman
Meskipun situasi lalu lintas menjadi lebih padat, perpaduan antara pemudik dan peserta Melasti mencerminkan keberagaman dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. Para pemudik dengan sabar menunggu iring-iringan lewat, sementara umat Hindu tetap dapat menjalankan ritual dengan khidmat.
Ritual Melasti di Gilimanuk yang bertepatan dengan arus mudik menjadi contoh nyata bagaimana tradisi lokal dan mobilitas masyarakat modern dapat berjalan berdampingan. Dengan koordinasi yang baik antara pihak berwenang dan kesadaran masyarakat, perayaan keagamaan dan perjalanan mudik dapat berlangsung dengan aman dan lancar.